Budak Kecil di Pelukanmu
Senja kala itu
Derap langkah mendera, berdentang di ujung
jemariku
Kau dan hilang
Bagaikan sayap dan udara
kenistaan
Bertawakan diri
Mencerna kata hati yang tiada henti
mengalunkan kematian
Tok, tok, tok
Rayuan lesung kaca tak mampu menggugah
setan malam
Terlelap, bagai anak kucing di pangkuan
sutra
Di istana muda yang berkristal bagai
permata
Mendengungkan simfoni kepercayaan
Seperti ular menjelma menjadi gulungan
kertas sahaja
Bahwa lelah dan janji hanyalah
ilusi
Benarkah ini dunia yang kau
tinggali?
Karena aku, disini
Hanya bisa merasa, tak bisa
melihat
Yang kutahu,
Cinta adalah kata
Kata adalah topeng
Topeng mengajarimu seribu cara
bersembunyi
Seperti kepalsuan dan sandiwara yang
mengudara
Hingga mereka merengggut dirinya sendiri
dari dekapanmu
Karena dia tahu siapa pemiliknya yang
sejati
Kau tahu,
Mengukur kedalaman rasa butuh jerat
nestapa
Sedangkan ironi tak ada dalam rangkaian
hidupmu
Sedangkan ruang pengap tak menjadi
kesukaanmu
Lalu, haruskah ku gunakan ulu
hatiku?
Untuk mengobatimu dari sakitnya topeng yang
mulai mengakar di wajahmu?
Merenggut kulit dan indera
setanmu?
Menyesap darah dan cahaya dari rongga
matamu?
Jujur, aku hanya ingin diam
Menyaksikanmu bersama rasa sakit,
Putus asa,
Sesal,
Dan kegelapan,
Untuk sedetik saja, sebelum aku
menyerapnya
Dengan tetas air mata yang tak lagi
berharga
Tawamu kala itu
Bagaikan pelabuhan di tengah
hutan
Hukum rimba dengan pohon besar
menantang
Terlalu takut berjalan, diriku
membayang
Rasaku membungkah sebab atap cukup
menghangatkan
Tapi, sadarlah aku bahwa itu tak akan
membawaku pulang
Pelabuhan itu tak berarti
Seperti diriku
Yang hanya mampu mengartikanmu
Dan tak mampu mengartikan diriku
sendiri
Jangan ingatkan aku
Aku tahu,
Aku bodoh kala itu
0 komentar:
Posting Komentar