Jumat, 08 Maret 2019

KATA-KATA

Luput Tak Bersisa
Takdir selalu membawa dua pedang di hadapanku
Hitam dan putih, tajam dan tumpul
Itu adalah pilihan, bukan tawaran
Dengan kepolosan seperti anak kesayangan Tuhan
Ia tersenyum menenangkan sambil mendorongku menuju jurang
Kini, aku terlalu lelah untuk berucap
Kepada kau di sana, yang sedang melihatku di bawah lampu terang tak bermakna
Menahanmu disini adalah pilihan
Seperti pena di ujung jemariku, aku tak tahu kapan tinta merah itu akan merenggutku
Dengan pelan masuk melalui aliran darahku
Hingga mengendalikan diriku tuk tunduk padamu
Kau yang disana,
Maafkan jiwa yang rapuh ini
Karena hanya bisa melihat dan merasa
Tapi tak mampu berkata
Ku lihat dinding di pojok kamarku
Topeng berdebu di sana sempat menggiurkanku
Tapi kini aku tak butuh lagi
Karena tidak mungkin, aku menggunakan topeng di atas topengku sendiri
Topeng berkarat yang telah mengakar diwajahku
Mengambil hidupku dan warna kulitku
Hingga ku tak tahu dimana diriku yang asli
Hingga ku tak peduli dan berakhir di sini
Kini aku tak lagi merasa
Menatapmu dalam diam, hambar, tak bernyawa
Aku takut hatiku kecewa
Lalu ku palingkan muka ke hadapan realita
Meskipun dia begitu jahat dan murka

0 komentar:

Posting Komentar